BANJARAN SENGKUNI
Alkisah, Sang Hyang Tunggal
mengusir Sang Hyang Dwapara yang memiliki sifat dengki dan berakal busuk itu ke
mercapada. “hei, Dwapara! Kamu boleh melampiaskan sifat busukmu sepuas-puasnya
di dunia!”
Manakala Sang Hyang Dwapara turun
ke mercapada, permaisuri raja Awu-awu langit (Kerajaan Gandara) sedang
bersalin. Melihat pristiwa persalinan itu, Sang Hyang Dwapara segera merasuk ke
dalam si jabang bayi yang kemudian diberi nama Harya Suman alias Sengkuni.
Setelah dewasa, Sengkuni mengabdi
pada Prabu pandu Dewanata sang raja Astina. Pada saat itulah, Sengkuni memfitnah Patih
Gandamana. Sehingga sangpatih mengundurkan diri dari jabatannya. Arkian
Sengkuni menggantikan kedudukan patih yang semula dijabat oleh Gandamana.
Sewaktu Pandu Dewanata wafat,
Begawan Abiyasa berencana akan membagikan minyak sakti Lenga Tala warisan Pandu
untuk kekebalan para Kurawa dan Pandawa. Namun saat minyak itu dibagikan,
Kurawa merampasnya. Hingga Begawan Abiyasa yang terdesak itu sampai terjatuh,
dan Dewi Kunti Nalibrata pingsan.
Melihat Lenga Tala tumpah di
rerumputan, SEngkuni segera menanggalkan
seluruh pakaiannya. Dengan bertelanjang bulat Sengkuni bergulingan di
rerumputan yang basah karena minyak itu. Dengan demikian, tubuh Sengkuni menjadi
kebal. Kecuali pada bagian tenggorokan dan bagian dalam duburnya.
Karena menyaksikan Dewi Kunti
Nalibrata bergeletak pingsan, Sengkuni segera mendekatinya dan menarik
semekan-nya. Namun sebelum Sengkuni berbuat jauh, Dewi Kunti siuman. Saat itu
juga, Dewi Kunti Nalibrata bersumpah: “ Aku tidak akan mengenakan semakan jika
tidak terbuat dari kulit sengkuni.” Semenjak itu, Dewi Kunti hanya mengenakan jubbah lorodan milik Begawan Abiyasa.
Setelah menjabat sebagai patih
Astina pada masa pemerintahan Prabu Drestarastra , perilaku sirik dan jahat
Sengkuni semakin merajalela. Sengkuni menghasut para Kurawa untuk membunuh
Pandawa dan Dewi Kunti Nalibrata dalam peristiwa Bale Sigala-gala. Selain itu,
Sengkuni berhasil memperdaya Pandawa, dengan mengajaknya bermain dadu. Pada
permainan itu, Sengkuni mewakili Kurawa, sedangkan Yudistira mewakili Pandawa.
Akibat kecurangan Sengkuni, Pandawa kehilangan kerajaan dan seluruh
kekayaannya, Pandawa harus hidup sebagai orang buangan selama 14 tahun.
Ketika pecah perang Baratayuda,
Sengkuni terbunuh di tangan Bima melalui kuku pancanaka pada tangan sebelah
kanan yang ditusukkan ke dalam tenggorokan Sengkuni dan kuku pancanaka pada
tangan sebelah kiri yang hunjamkan ke dalam duburnya. Sebelum tewas di medan
laga, Sengkuni diikuti oleh Bima. Sisa kulit Sengkuni yang tertinggal di kuku
pancanaka kemudian dibentang oleh Bima dan dijadikan sumekan Dewi Kunti Nalibrata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar